Senin, 03 November 2008

Buku Pelajaran Untuk Siswa MTs Salafiyyah Bangsari

Di belahan bumi lain sekolah tanpa buku telah menjadi trend. Karena mereka belajar langsung berhadapan dengan komputer.

Hal itu juga terjadi di bangsari, cilacap. Namun dengan alasan yang berbeda. mereka belajar tanpa buku bukan karena telah adanya infrastruktur jaringan computer yang menggunakan koneksi broadband. namun karena tak kuat membeli buku.

sebenarnya pemerintah telah membeli hak cipta dari sebuah penerbit dan meng”ebook” kan semua mata pelajaran yang di ujiankan nasional. Di kampung pesisir pantai selatan itu, seperti banyak daerah lain di Indonesia belum mengenal apa itu computer. Apalagi dunia internet, online, ebook?

Untuk itu project blogger for bangsari kali ini berusaha membantu anak-anak mts salafiyyah tersebut memecahkan masalahnya. Yakni dengan menyumbangkan buku pelajaran.

Untuk sementara hanya kelas tiga saja. Karena pada bulan juni mereka yang berjumlah 142 anak itu akan menghadapi uan. Jumlah buku yang diperlukan adalah 6 (mata pelajaran) x 142 (jumlah siswa) = 852 buku

Diharapkan buku-buku itu bisa membantu mereka belajar lebih baik. Buku-buku yang rencananya akan dibeli di Jakarta itu adalah seluruh mata pelajaran yang akan di ujian nasional”kan. Yakni bahasa Indonesia, bahasa inggris, ipa, ips, matematika.

Semua siswa gratis meminjamnya. Begitu mereka lulus buku masih bisa dipakai oleh adik-adik kelasnya sampai lima tahun ke depan. Ini sesuai janji pemerintah yang akan mengubah kurikulum pendidikan minimal lia tahun sekali.

Keseluruhan biaya yang diperlukan untuk membeli buku itu sekitar 22 jutaan. Sampai sekarang telah terkumpul sekitar 10 jutaan. Kepada pembaca yang ingin berpartisipasi, silakan menstranfer ke rekening berikut:

No rekening: 0751371054
Atas nama : Much. Syaefulloh
Bank BCA cabang Sabang Jakarta pusat
Email : much.syaefulloh@gmail.com, ipoul_bangsari@yahoo.com
YM! : ipoul_bangsari
HP: 081578820013
Alamat: Jl Kebon Kacang II no 70 Tanah Abang Jakarta Pusat atau


Atau bisa juga datang langsung ke bhi tiap jumat malam mulai pukul 22:00 waktu plasa Indonesia.

Baca Selanjutnya ......

Rabu, 20 Agustus 2008

Program kambing setelah hampir setahun


Orang kampung kami mempercayai setiap tangan memiliki kemujurannya sendiri. Ada yang dianugerahi kemujuran berdagang, ada juga bertani. Dan ada juga tangan yang dari sananya dianugerahi kemujuran dalam memelihara hewan piaraan.

Hoki, istilah orang kota. Apapun yang dikelola, bisa menjadi sumber kehidupan bagi si empunya. Begitulah orang kampung kami memahami cara Tuhan memberi rejeki.

Tak terkecuali dalam hal donasi kambing. Program bloggers for bangsari yang sudah berlangsung hampir setahun ini (penggalangan dimulai September - November tahun 2007 ) itu paling tidak telah sedikit membantu perekonomian anak-anak Bangsari.

Hamdan misalnya. Saat itu anak yatim tertua dari tiga bersaudara ini memperoleh jatah 2 bibit dan 3 anakan (serta 1 pejantan yang dipergilirkan juga untuk pemelihara yang lain).



Karena keuletannya, kambingnya berbiak menjadi 10 ekor (5 sudah induk, 1 jantan dan 4 anakan).

Sekarang keadaan ekonomi keluarga bocah laki-laki yang berada di sekolah menengah itu menjadi sedikit lebih baik. Kini ia bisa membayar sekolah dengan lancar. Dan yang terpenting, biaya sekolah adik-adiknya juga sudah tersedia.

Dari sebanyak 16 anak yang mendapatkan "bantuan" memang tak sedahyat perkembangan kambing yang dipiara hamdan. Kebanyakan perkembangannya biasa saja. Sehingga belum memungkinkan untuk dialihkan ke anak lain yang membutuhkan.

Malang dialami oleh Arif Fauzi yang pada awalnya mendapatkan 2 anakan kambing etawa. Satu mati keracunan dan satunya lagi sampai sekarang tidak/belum bunting. Tampaknya dia harus lebih bersabar. Konon jenis kambing etawa perlu waktu lebih lama untuk memeliharanya sampai beranak. Tapi dia memutuskan untuk mundur. Kambingnya dilimpahkan ke Saefulloh.

Nasib tak begitu baik juga dialami Amin Ridho. Satu kaki kambingnya patah dan diamputasi sehingga kambingnya akan diganti dalam waktu dekat. Untungnya, satunya lagi dalam keadaan gemuk dan sehat. Sayangnya, belum bunting.

Yang paling unik adalah apa yang dilakukan oleh Zaenuri. Tampaknya ia tak sabar untuk segera memperoleh hasil yang banyak tanpa kerja keras. Inginya, ia mendapatkan bantuan kambing tanpa syarat. Karena menolak kesepakatan, ia mundur dan mengembalikan kambing yang telah dipiaranya selama sebulan. Kambingnya dilimpahkan ke Amin Makmun.

Selama hampir setahun sejak program bloggers for bangsari di luncurkan, secara umum perkembangan kambing cukup memuaskan. Dari semula hanya 46 ekor (19 induk, 4 jantan dan 23 anakan) yang diwujudkan secara bertahap dalam jangka beberapa bulan, telah berkembang menjadi 70 ekor (31 induk, 5 jantan dan 34 anakan). Nyaris dua kali lipat.

Satu dua indukan sudah hampir siap dipindah-tangankan, namun secara umum belum bisa dikarenakan masih belum cukup menghasilkan secara hitung-hitungan mereka.

Yang lumayan membanggakan, salah satu pemelihara kambing (Yasrofi) sudah meneruskan di Aliyah baru kampung kami.

Untuk laporan rinciannya silahkan lihat disini. Gambar-gambarnya bisa dilihat disini.

Terima kasih pada panitia pesta blogger tahun lalu yang sudah mengijinkan kami bergerilya selama acara.

Baca Selanjutnya ......

Selasa, 03 Juni 2008

Email dari Mba Sofia Kartika tentang Bloggers for Bangsari

Pada 3 Juni 2008 12:03, Sofia Kartika (sofia.kartika@gmail.com menulis:

Dear Pak

Saya berencana menulis panjang soal blog dan MDG's, saya butuh informasi mengenai bangsari, sebenarnya saya juga membutuhkan informasi stop aksi kelaparan, tapi saya tidak memiliki kontaknya, apakah bapak memiliki?
Untuk kepentingan penulisan tersebut, saya ada beberapa pertanyaan, soal blogger for bangsari:

  1. Pertanyaan klasik, bagaimana perkembangannya sekarang? apakah cara yang dilakukan di bangsari ini akan dikembangkan di tempat yang lain?
  2. Apa untungnya program bangsari yang disosialisasikan melalui blog ?
  3. Dan mengapa isu pendidikan menjadi penting dipilih?
Mungkin itu dulu pak, saya minta alamat FAQ nya bangsari di blog yang mana yah?, saya kehilangan alamatnya.

Terima kasih sebelumnya

Salam
Sofie

Jawaban saya
Mba Sofie,
Terima kasih atas apresiasinya terhadap kambing bangsari.

Mengenai Stop kelaparan, saya rasa akan lebih tepat jika mba sofie menghubungi mba Chika, yang setahu saya adalah salah satu penggagasnya.

sekarang mengenai pertanyaan mba sofie

pertanyaan pertama: bagaimana perkembangannya sekarang? apakah cara yang dilakukan di bangsari ini akan dikembangkan di tempat yang lain?

Sejauh ini, kami sudah berhasil mengumpulkan sebanyak Rp 20.625.000, - yang sudah kami salurkan menjadi sejumlah 28 kambing. Ada juga kami terima bantuan dalam bentuk kambing sebanyak 15 ekor dari salah satu donatur. sehingga sekarang total kambingnya ada 43 ekor. Menurut info dari bapak saya yang memantau langsung di lapangan, beberapa kambing indukan sudah beranak, namun jumlahnya belum saya konfirmasi sejauh ini. Setiap perkembangan, saya update di sini. Namun beberapa bulan belakangan saya belum sempat mudik, sehingga informasi terbaru belum sempat saya update. mohon maklumnya.

Sisa saldo sejauh ini Rp 3.520.000,- yang oleh dewan guru MTs tersebut akan digunakan pada awal tahun ajaran ini. Sejauh ini panitia di Jakarta memutuskan untuk menghentikan pengumpulan dana (meskipun di tingkat lapanan masih membutuhkan) dengan alasan:
  1. supaya penyaluran dana yang terkumpul bisa tersalurkan dengan baik.

  2. untuk melihat perkembangan program ini di lapangan.

  3. untuk menghindari kesan "mencari uang".

  4. jika dirasa perlu, mungkin akan dibuka kembali penggalangan dana untuk itu.

Mengenai apakah cara yang dilakukan di bangsari ini akan dikembangkan di tempat yang lain, sejauh ini belum. Saya dan teman teman sesama blogger sudah pernah mencoba menjajagi kemungkinan di tempat lain. Teman teman di Jawa timur pernah mencoba hal ini. Hanya saja, sejauh ini kami belum menemukan orang yang bersedia mengurusi hal ini di tempat lain.

pertanyaan kedua: Apa Untungnya program bangsari yang disosialisasikan melalui blog?

Keuntungan sosialisasi melalui blog yang kami rasa:
  1. sarana yang mudah, murah dan efektif

  2. jejaring ranah blog yang kuat

  3. pengguna internet adalah kalangan yang mapan secara ekonomi, jadi kemungkinan lebih tepat sasaran

  4. jangka waktunya tak terbatas, sehingga diharapkan tercapai dua hal: penggalangan solidaritas akan terus bisa digalang dan yang kedua bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan yang kurang lebih sama di tempat lain

pertanyaan ketiga: mengapa isu pendidikan menjadi penting dipilih?

Ya karena kebetulan saya berasal dari kampung bangsari itu. saya melihat, kemiskinan dan kebodohan adalah yang sangat sulit di berantas. Banyak masalah sosial berawal dari kemiskinan. Satu-satunya cara, menurut saya dalam mengatasi masalah bangsari ya dengan pendidikan. Masalahnya, menyekolahkan anak menurut orang miskin di kampung saya itu adalah kerugian dalam 2 hal sekaligus:
  1. sekolah hanya menghabiskan biaya

  2. jika tak sekolah, si anak bisa membantu orang tua mencari nafkah

sehingga pemberian kambing diharapkan bisa mengatasi 2 hal:
  1. si anak bisa tetap sekolah

  2. si anak juga menghasilkan uang selama sekolah dengan memelihara kambing. Kambing juga sering jadi aset keluarga

Sekian dulu jawaban dari saya, jika ada yang kurang jelas, silahkan kontak saya di 081578820013. Atau silahkan datang ke bunderan HI setiap jumat malam sekitar jam 21:00. Atau jika dirasa jadwalnya kurang tepat, silahkan kontak saya untuk bertemu di waktu dan tempat yang lain.

terima kasih...

Baca Selanjutnya ......

Selasa, 11 Maret 2008

Membaca MDGs di Blog



Diambil dari Kolom Opini Koran Tempo Edisi Online Sabtu 08 Maret 2008 dari sini.

Membaca MDGs di Blog

Sofia Kartika dan Henny Irawati, AKTIVIS LEMBAGA PARTISIPASI PEREMPUAN

Blog membuat orang bersemangat, kata Julien Pain dalam buku saku untuk blogger, Reporters without Borders. Antusiasme ini lahir dari keleluasaan menjadikan blog sebagai media alternatif menuangkan apa-apa yang disebut ekspresi diri. Dalam "buku harian online" ini beragam gaya penulisan dan informasi dapat ditemukan. Kini tersebar blog tentang resep masakan, fotografi, kritik atas kebijakan, sastra, dan sebagainya. Satu hal yang digarisbawahi Pain: para blogger ini menggoyahkan kemapanan media-media mainstream di negara-negara sekelas Amerika Serikat, Cina, ataupun Iran.

Indonesia berkejaran pula dengan laju teknologi ini. Pada 2006, pemerhati blog di Indonesia, Enda Nasution, memperkirakan pada 2007 blogger di Indonesia mencapai angka 45 ribu. Namun, Enda meragukan ramalannya itu. Melesatnya pertumbuhan teknologi bisa saja membuat angka yang ia sebut melenceng jauh dari jumlah yang sebenarnya. Awal 2008, keraguan Enda terbukti. Saat ini diperkirakan telah lahir 150 ribu blog di Indonesia. Dalam Pesta Blogger 2007, selain ditetapkan 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional, Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh mendorong komunitas blog mencapai angka 1 juta pada 2008. Apa yang ada di benak Bapak Menteri? Mengapa sedemikian penting gagasan tentang blog ini?


"Blog harus bisa memberikan manfaat edukasi, memberdayakan," ujarnya di hadapan 450 peserta yang datang dari seluruh penjuru negeri.

Apa yang dimaksud dengan "manfaat edukasi (yang) memberdayakan" ini tidak diperinci oleh Bapak Menteri. Suatu kali, ketika sedang mencari data tentang target pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs), saya menemukan sebuah posting menarik, "Kemarin ketika mid semester mata kuliah amdal, keluar soal tentang MDGs. Karena diriku baru pertama kali mendengar frase itu, aku pun nyari ke Internet dan ternyata daku emang kuper kali yah karena sudah banyak yang membahas soal MDGs. Berikut petikannya dilaporkan langsung oleh reporter kita Tarkhiena dari MP TV." Lalu Tarkhiena menulis perihal pengetahuan barunya yang ia dapat dari wikipedia itu di blognya.

Tidak hanya bertambah data yang saya dapat, membesar pula pengetahuan saya tentang sejumput respons dari masyarakat yang, barangkali, luput dari perhatian pemerintah.

Blog memberi ruang bagi pemiliknya yang tidak cuma datang dari profesi itu untuk menuangkan cerita apa saja di sekitar mereka. Keberagaman profesi--mulai mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja kantor, seniman, selebritas, sampai tokoh politik, jurnalis, dan aktivis--menyulut pula berbagai tema yang ditulis. Dari tema-tema tersebut, salah satu di antaranya MDGs.

Indonesia, sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, turut mendukung komitmen percepatan pembangunan dan pemberantasan kemiskinan yang ditandatangani di New York itu. Selanjutnya, deklarasi tersebut diterjemahkan dalam delapan isu kritis, yakni pengurangan kemiskinan dan kelaparan; pendidikan untuk semua; kesetaraan gender; pengurangan angka kematian ibu dan anak; peningkatan kesehatan dan gizi ibu dan anak; pengurangan persebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya; lingkungan yang berkelanjutan; serta pengembangan kemitraan untuk pembangunan global. Waktu yang diberikan untuk mencapai target delapan bidang tersebut tidaklah lama: 15 tahun terhitung sejak penandatanganannya pada 2000.

Kita masih punya waktu tujuh tahun lagi. Sungguh bukan waktu yang panjang, apalagi mengingat Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) setelah puluhan tahun pun belum tersosialisasi dengan optimal.

Kampanye MDGs sudah sering kali dilakukan. Namun, kedelapan tujuan MDGs seperti masih di awang-awang. Ia harus diterjemahkan, baik untuk kepentingan pencapaiannya maupun dalam kebutuhan sosialisasinya. Dan tugas ini, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta dalam laporan pencapaian MDGs 2007/2008, bukanlah semata-mata tugas pemerintah, melainkan merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Namun, apa yang bisa dilakukan sebagian komponen bangsa tersebut? Saya mengusulkan untuk meniru program Blogger for Bangsari.

Blogger for Bangsari (http://bangsari.blogspot.com) hadir sebagai lanjutan program keberlanjutan pendidikan anak-anak di Desa Bangsari. Mereka menarik kepedulian blogger dan bukan blogger untuk menjadi donatur melalui banner plus gaya kampanye komikal, yang tidak terlalu serius, tapi tetap berisi. Donasi tidak dibatasi dalam bentuk uang, bisa juga kambing dengan sistem paroan, buku, sepatu, seragam, ide, dan perhatian. Kepedulian juga bisa berbentuk kontrol atau menjadi mata rantai kepedulian dengan menulis ajakan bergabung dengan program ini di blog masing-masing. Selain bisa ditulis oleh siapa saja dengan format yang tidak mengikat dan biaya yang relatif murah (apalagi jika dibandingkan dengan membuat iklan layanan masyarakat di televisi atau koran), blog yang tengah diakrabi ini bisa menjadi media alternatif.

Namun, sebagaimana juga diperingatkan Pain, blog juga rentan terhadap kekhawatiran, ketidakpercayaan, penyalahgunaan, dan kesalahan persepsi, terlebih untuk isu-isu yang baru dipahami oleh sebagian orang. Sebut saja, poin ketiga MDGs, kesetaraan gender dan peningkatan kualitas hidup perempuan. Dalam salah satu entrinya, blog MDGs menyebutkan, "Peningkatan kesehatan ibu memiliki tujuan untuk memperkuat pangsa pasar kaum wanita. Mengingat kaum ibu ialah kaum yang lebih konsumtif dan lebih banyak kebutuhannya dibandingkan pria." Alih-alih mempromosikan pemberdayaan perempuan, tulisan tersebut justru mengekalkan stereotipe tentang perempuan. Tapi, tunggu dulu, blog juga dilengkapi mekanisme kontrol melalui komentar pembaca dan tautan link-nya. Anda bisa membenturkan pendapat Anda dengan tulisan yang ada, dengan harapan si penulis memberi jawaban sehingga terjadi diskusi. Atau Anda bisa menuliskan pendapat tersebut di blog Anda sendiri.

Blogger di Indonesia, berapa pun jumlahnya, dapat turut serta menjadi penggerak dalam upaya pencapaian target-target MDGs. Entah itu sebagai media kampanye dan kontrol bagi pemerintah, entah masyarakat itu sendiri. Mengapa tidak dimulai dari Anda?

Baca Selanjutnya ......